-->

Bersama Surya Maxima Untuk Lampung Lebih Kece

Bersama Surya Maxima Untuk Lampung Lebih Kece
Bersama Surya Maxima Untuk Lampung Lebih Kece


Di Bulan January kemudian saya melalukan trip ke Lampung bersama tim Blogger Cihuy. Di hari terakhir di Lampung kami berkunjung ke sebuah studio yang cukup minimalis dari tampak luarnya namun punya visi besar yang terlihat dari ornamen 3D globe dunia dengan goresan pena Surya Maxima di sudut bangunan. Kami diterima dengan sangat ramah oleh pemilik yang ternyata sepasang suami istri yang terlihat sangat kompak ini.

Blogger Cihuy dan Surya Maxima

#UntukLampungLebihKece
Surya Maxima atau Sumax berdiri semenjak 2013, Bayu dan Yuke sebagai pemilik mulai merintis Sumax dengan misi menciptakan perubahan kecil di Lampung dengan makna yang besar. Keduanya besar di Lampung dan sangat menyayangi Lampung. Sumax mempunyai agenda yang berjulukan “Untuk Lampung Lebih Kece” yang sangat didukung oleh Gubernur Lampung. Dengan tujuan menyatukan anak muda Lampung yang kreatif untuk bersinergi membangun Lampung menjadi lebih menarik dan kece sehingga Lampung tidak hanya dikenal sebagai kota penghasil “ART” (asisten rumah tangga) dan begal. “Miris selama ini bila dibilang Lampung sebagai penghasil ART dan begal saja. Kami ingin lebih dikenal dengan anak mudanya yang sanggup perjuangan dan kreatif,” ujar Bayu.
Yuke dan Bayu, owner Sumax

Untuk mewujudkannya, Sumax belakangan ini memperlihatkan pelatihan-pelatihan kepada komunitas yang ada di Lampung. Terlihat sekali antusias Bayu dan Yuke untuk memajukan Lampung melalui fotografi.  “Sudah banyak anak dewasa yang membawa kamera DLSR kemana-mana dan berminat tinggi terhadap fotografi. Setidaknya ada ilmu yg kita transfer,” ujar Yuke. Ternyata kehadiran kami sebagai tim blogger sangat dibutuhkan untuk menjadi pintu gres pertemanan dan korelasi diluar Lampung.

Surya Maxima berawal dengan studio yang hanya dengan bangunan rumah renta sampai kini dengan luas studio 800m dan sudah mempunyai dua (2) cabang di Lampung. Satu studio di Antasari erat dengan “flip flop” kawasan kami menginap dengan konsep upside down yang konsisten merubah setting setiap enam (6) bulan sekali dengan sasaran pasar untuk wanita usia 20-30 tahun dan ada juga Sumax Wedding yang berlokasi di Pahoman.

Di studio yang kami kunjungi tersebut, saya mencoba mengambil foto di beberapa setting foto. Setting foto pertama yang kucoba disetting dengan nuansa anggun dan sedikit shabby chic kekinian dan detail bunga.Di setting foto kedua terdapat sofa besar dengan nuansa lebih gelap dari setting yang pertama. Berpindah ruangan ada setting lagi yang biasa dipakai dengan menggunakan baju adab Lampung. Kami bergiliran menggunakan baju adab dan berfoto dengan setting tersebut. Baju adatnya disediakan oleh Sumax yang berupa kain bawahan, siger, pelengkap di jari dan leher serta pedang untuk yang laki-laki. Aku antusias sekali mengabadikan momen tersebut.

Kami juga menyempatkan foto grup bersama dengan pinjaman fotografer dari Sumax ibarat halnya ketika foto menggunakan baju adat. Foto bersama berlangsung lancar dan seru. Di Sumax hanya menyediakan jasa menyimpan memori dari foto yang sudah dilakukan dan tidak menyediakan cetak, sebab mengikuti perkembangan jaman yang serba digital. Diakui pemilik bahwa Sumax sedang dalam fase kepompong menjadi kupu-kupu ketika ini, yang terus berinovasi, meningkatkan mutu dan mengangkat belum dewasa muda yang sejalan untuk bersama memajukan Lampung.
Alur Konsumen Sumax - doc.pri

Sumax mempunyai daya tampung 200 orang dengan keunggulan studio 3d dan menggunakan tenaga kerja dengan usia maksimal 25 tahun. Hal ini untuk menghindarkan senioritas dalam lingkungan Sumax dan mengasah kreatifitas lebih untuk usia tersebut. Sumax mempunyai keinginan untuk sanggup menjadi icon lifestyle Lampung dan ingin mengakibatkan Sumax sebagai one stop shopping dengan menambah cafe atau distro. –RGP-
Advertisement