-->

PELAWAK BERDAKWAH

PELAWAK BERDAKWAH
PELAWAK BERDAKWAH
Saya kok membahas Attaki lagi ya? Ya nggak apa-apa saya bahas lagi, karena memang dia representasi yang pas untuk pembahasan ini.

Dalam videonya tentang wanita shalihah, hannan attaki ini menceritakan tentang kisah Nabi Musa as dengan dua puteri Nabi Syu'aib (padahal menurut kebanyakan ulama dengan reasoning yang masuk akal, mereka bukan puteri Nabi Syu'aib). Dia mengartikan bahwa apa yang terjadi dalam Qs. 28: 77 itu adalah contoh akhlak seorang wanita, yaitu bicaranya tidak banyak kepada lelaki, juga menjaga marwah.

Kalimat kesimpulannya benar jika berdiri sendiri. Namun, karena kalimat yang enak didengar itu dalam rangka menafsirkan sebuah ayat, maka itu menjadi salah. Salahnya di mana? Cekidot.

Al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi dalam Tafsir al-Baghawi tentang Qs. Al-Qashsash ayat 23, bahwa dua orang puteri Nabi Syu’aib as (dalam riwayat lain disebutkan itu bukan anak Nabi Syu’aib, melainkan anak Yatsrun keponakan Nabi Syu’aib as, karena Nabi Syuab telah wafat saat itu, setelah penglihatannya menjadi rabun, lalu dikuburkan diantara Rukun Hajar Aswad dan Zamzam) itu tidak sedang menunggu para pedagang atau penggembala pulang karena menjaga aurat atau muruahnya. Mereka melakukan itu memang menunggu para penggembala atua pedagang itu selesai memberi minum ternak-ternaknya, hingga mereka dapat mengambil sisa dari air minum ternak-ternak mereka itu. 

Kenapa mereka melakukannya? Menurut al-Baghawi, hal ini dilakukan karena mereka tak kuat menimba air berdua. Mereka bermaksud menunggui air yang tersisa dari para penggembala atau pedagang itu.

Jawabannya pun tidak plek plek seperti dalam al-Quran—“Kami tidak dapat memberi minum sebelum para penggembala pergi, sedangkan bapak kami sudah tua rentah.” Jawaban al-Quran itu memang selalu begitu. Itulah yang dinamakan Qashr atau hashr.

Bagaimana cara mengetahui dialog atau cerita lengkapnya? Rujuklah kitab-kitab sejarah. Para sejarawan telah meneliti hadis-hadis, atsar, dan segala hal yang bersangkutan dengan kisah di balik nash. Sedangkan, dalam kitab tafsir saja ceritanya sudah tidak qashr lagi seperti nash al-Quran. 

Al-Baghawi menceritakan dialog antara dua orang gadis itu dengan Nabi Musa, setelah ditanya oleh Nabi Musa kenapa mereka malah menghalang-halangi ternak mereka. Mereka menjawab:

لا نسقي مواشينا حتى يصدر الرعاء ، لأنا امرأتان لا نطيق أن نسقي ، ولا نستطيع أن نزاحم الرجال ، فإذا صدروا سقينا مواشينا ما أفضلت مواشيهم في الحوض .

Kami tidak dapat memberi minum hewan gembala kami sebelum para pedagang atau penggembala itu pergi. Karena kami ini kan hanya dua perempuan. Kami tidak kuat menimba. Kami pun tidak kuat mampu berdesakan dengan para lelaki. Jika mereka telah pulang, kami biasanya sudah bisa memberi minum binatang gembala kami dari sisa air minum binatang gembalaan mereka.

Kenapa dua perempuan ini tidak kuat menimba? Apakah demikian beratnya? Al-Thabari dalam Tafsirnya mengutip riwayat Ibnu Juraij mengatakan bahwa sumur itu ditutup oleh batu yang sangat berat. Biasanya 10 laki-laki yang mengangkat batu itu. Setelah batu itu diangkat, maka orang baru bisa menimba air dari dalam sumur itu. Riwayat ini tidak hanya diriwatkan oleh Ibnu Juraij, tetapi juga oleh Suraih, Ibnu Ishaq, dan yang lainnya. Nabi Musa—yang disebut sebagai premannya para nabi oleh Hannan Attaki—mampu mengangkat batu itu sendiri dan memberi minum hewan gembala milik dua orang perempuan itu.

Oh iya, biar tidak rebut, saya akan jelaskan urusan Nabi Syuaib dikuburkan antara Rukun Hajar Aswad dan Zamzam. Biasanya, kalau membaca begini langsung ribut. Apalagi kalau ditulis public, datang deh tuh anak-anak kecil menyangka saya anak kecil seperti dia juga, dan memprotes dengan sangat kasar. Wajarlah, wong anak-anak, walaupun umurnya bisa saja sudah 60 tahun, hehehe. Maaf jika saya panggil nak. Al-Qurthubi meriwayatkan dalam tafsirnya Rasulullah SAW bersabda bahwa antara Rukun dan Maqam sampai Zamzam adalah kuburan 99 nabi. Mereka pergi haji dan dikuburkan di sana. Nabi SAW juga bersabda bahwa para nabi jika ummatnya telah rusak, mereka pergi ke Makkah, beribadah di sana sampai wafat.

Al-Thabari juga meriwayatkan dari Nabi SAW bahwa para nabi jika ummatnya telah rusak, mereka pergi ke Makkah, beribadah di sana bersama orang-orang yang beriman kepadanya sampai wafat. Maka di sana dikuburkan Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, kuburannya diantar Zamzam dan Hajar. Juga disebutkan dalam hadis Nabi SAW bahwa di Masjid al-Khayf ada kuburan 70 nabi.

Kembali masalah QS. 28 : 77. Maka, apa yang didakwahkan oleh siapa pun, termasuk Hannan Attaki, itu hanyalah cover dari al-Quran. Dia hanya menerjemahkan ayat al-Quran lalu mengajarkannya kepada orang awam. Ini yang tidak boleh. Cerita dalam al-Quran yang qashr (singkat) itu dianggap telah lengkap. Padahal ada keterangan dari Nabi SAW mengenai kisah yang qashr itu.

Akhirnya apa? Akhirnya dia salah dalam mengartikan ayat. Diartikan dua orang perempuan itu malu-malu, menjaga marwah, menunggu para lelaki pulang, agar tidak dilihat oleh mereka. Padahal ceritanya tidak seperti itu. Al-ngarangu penaa’un.

Jika hanya memahami ayat secara literal begini lalu diceritakan kepada orang banyak dalam bingkai “dakwah seorang ulama”, maka setiap orang yang pandai bicara, memiliki public speaking skill, bisa melawak, pasti bisa menjadi ulama di negeri ini. Dan tunggulah Indonesia akan dipenuhi dengan pelawak yang berdakwah.
Advertisement