-->

Siswa Madrasah Bercerita, 11 Bulan di Negeri Paman Sam

Siswa Madrasah Bercerita, 11 Bulan di Negeri Paman Sam
Siswa Madrasah Bercerita, 11 Bulan di Negeri Paman Sam

Sufi Adzkia Salma, siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 10 Jakarta, tak pernah menyangka keinginannya untuk melihat dan merasakan sendiri berada di negeri salju dapat terwujud di usia muda. Usianya belum genap 17 tahun, saat bulan Agustus 2017 lalu ia menjadi salah satu peserta Program Youth Exchange and Study (YES) yang berhak diberangkatkan ke negeri Paman Sam, Amerika. Selama kurang lebih 11 bulan, Sufi mendapatkan kesempatan untuk bisa belajar dan tinggal dengan keluarga asuh di Amerika. 

"Saat itu rasanya senang. Alhamdulillah terkabul keinginan untuk bisa pergi ke salah satu negeri salju," tutur gadis kelahiran Jakarta, 16 Oktober 2000, kepada Humas MAN 10, Senin (24/07). 

Program YES merupakan program beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat kepada siswa sekolah menengah dari negara-negara dengan populasi muslim yang signifikan, termasuk Indonesia. 

"Saya berangkat ke Amerika bulan Agustus tahun lalu, sampai bulan Juni tahun ini," kata Sufi. 

Berbagai pengalaman menarik diperoleh siswa madrasah yang bercita-cita menjadi duta besar ini. Sufi, mendapatkan orang tua asuh yang tinggal di kota Lehi, Utah. Menurut Sufi, Lehi adalah sebuah kota yang indah, sejuk dan sangat asri. "Di kota itu juga menjadi tempat pertama disebarkannya agama Kristen," ujar Sufi menambahkan. 

Di kota ini lah Sufi merasakan pengalaman berharga saat tinggal di rumah orang tua asuh yang berbeda keyakinan dengannya. Sufi mulai belajar bagaimana toleransi terwujud dalam perilaku. "Misalnya, saat keluarga asuh saya pergi ke gereja di hari Minggu, saya diantar ke Islamic Center," ujar anak ke-4 dari empat bersaudara ini.

Di Islamic Center Utah, putri pasangan Gimanto dan Juminten ini mendapatkan kesempatan untuk menjadi relawan. "Selama saya di sana, selain memperkenalkan bagaimana agama Islam sesungguhnya kepada komunitas non muslim, saya juga mengajar mengaji bagi anak-anak muslim di kota itu," ujar Sufi. 

Tempaan pendidikan agama di madrasah, membuat Sufi lebih mantap ketika harus memperkenalkan Islam di Amerika. Hal ini yang menurut Sufi harus bisa dilakukan oleh teman-teman siswa madrasah lainnya. Terutama bagi mereka yang berminat mengikuti jejaknya menjadi penerima beasiswa  YES Program.  "Kita itu representasi bangsa Indonesia, jadi harus mampu membawa diri selama di sana," pesan Sufi. 

Berada jauh dari orang tua dan di luar komunitas madrasah yang biasa menjadi tempatnya bergaul, membuat Sufi belajar memperkuat keimanannya. "Saya selalu ingat pesan Kepala MAN 10, bahwa dimanapun kamu berada, tetaplah memegang teguh keimanan dan menjaga nama baik bangsa dan negara. Serta jangan pernah meninggalkan sholat liwa waktu,” kenang gadis juara 2 lomba menulis karya ilmiah tingkat nasional dan juara 1 story telling yang diselenggarakan MGMP DKI pada tahun 2017 ini. 

Usai kepulangan Sufi, Kepala Madrasah MAN 10 Jakarta A.Sarpandadi mengaku bangga. "Karena persaingan untuk mendapatkan beasiswa ini sangat ketat. Apalagi Sufi menjadi satu-satunya perwakilan dari MAN. Mudah-mudahan ini bisa menjadi inspirasi bagi siswa madrasah lainnya,"ujar Kamad MAN 10. 

Keberhasilan Sufi memperoleh beasiswa YES Program membuktikan bahwa anak madrasah dapat berprestasi di kancah global. Sebelumnya, Sarpandadi menambahkan bahwa alumni MAN 10 Jakarta juga ada yang telah berhasil memperoleh beasiswa studi ke Eropa. Adalah Anisa Farhana, alumni MAN 10 tahun ajaran 2017/2018 yang berhasil memperoleh beasiswa jurusan desain di  Universitas Dubrovnik, Kroasia.
Advertisement