Jumat, 8 Maret 2019 masuk awal bulan Rajab atau 1 Rajab 1440 Hijriyah. Memasuki 1 Rajab, bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT tidak ada tawaran amalan khusus yang harus dikerjakan.
Menurut Buya Yahya dilansir Al Bahjah TV yang diunggah 11 Maret 2018, menjelaskan mengenai aturan puasa Rajab yang biasanya dimulai pada 1 Rajab.
Ada riwayat yang menjelaskan mengenai puasa bulan Rajab.
Aku bertanya pada Sa’id bin Jubair ihwal puasa Rajab dan kami ketika itu sedang berada di bulan Rajab, maka ia menjawab:
Aku mendengar Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpuasa hingga kami berkata nampaknya dia akan berpuasa seluruh bulan.
Namun suatu ketika dia tidak berpuasa hingga kami berkata : Nampaknya dia tidak akan puasa sebulan penuh.” (HR. Muslim dalam kitab Ash Shiyam. An Nawawi membawakannya dalam Bab Puasa Nabi Muhammad SAW di selain bulan Ramadhan).
Dalam hadits tersebut menjelaskan Nabi Muhammad SAW pernah puasa aneka macam di bulan Rajab.
Sampai para sahabat menyampaikan Nabi Muhammad SAW penuh berpuasa di bulan Rajab.
Tetapi pernah pula, di tahun lain Nabi Muhammad SAW tidak berpuasa sama sekali di bulan Rajab.
Kesimpulannya, semua amalan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW kemudian ditinggalkan, itulah amalan sunah.
Mamah Dedeh di program Mamah dan Aa Beraksi Indonesia di akun Kathesia Widya yang diunggah 30 April 2015, mengatakan Rajab bulannya Allah.
Harus diperbanyak amalan baik, satu di antaranya puasa Rajab
“Silakan kerjakan puasa ibarat di bulan-bulan lain. Puasa Senin Kamis, sekalian puasa Rajab.
Itu boleh, sunah dengan sunah boleh digabung”, katanya.
Ada ulama yang menyampaikan perbanyak surat Al Ikhlas, perbanyak juga sedekah.
Perbanyak puasa sunah, tiga hari di awal bulan, tiga hari di tengah bulan, tiga hari di final bulan.
“1,2,3, tanggalnya itu puasa 13,14,15,puasa, 28, 29, 30 atau kalau hingga tanggahnya 29, (puasa) 27, 28, 29.
Silakan itu namanya sunah, namanya sunah bila semakin banyak dikerjakan, semakin baik”.
Adapun niat puasa di bulan Rajab adalah sebagai berikut:
Doa Istighfar Rajab
Rajab termasuk empat bulan pahala dari 12 bulan Hijriyah, dianjurkan banyak beristigfar sehingga para ulama menyusun untaian istigfar yang disebut Istigfar Rajab.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel, KH Husin Naparin menjelaskan Sehubungan dengan ini, diriwayatkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal RA dikenal sebagai Imam Hanbali murid Imam Syafi’i, entah kenapa, suatu ketika dia ingin sekali berkunjung ke Kota Basrah di Irak.
Padahal tidak ada akad dengan seseorang dan juga tidak ada keperluan. Beliau berangkat sendiri menuju Kota Basrah. Setibanya di sana waktu Isya, dia pun ikut salat berjemaah Isya di masjid, sehingga hatinya merasa tenang. Usai salat dan jemaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid.
Tiba-tiba penjaga masjid tiba menemuinya sambil bertanya: “Kenapa kau di sini, syekh?” (kata “syekh” boleh dipakai sebagai panggilan untuk orang tua, atau orang kaya, ataupun orang berilmu).
Dalam cerita ini panggilan sebagai orang tua, alasannya ialah penjaga masjid itu tidak tahu kalau lelaki renta itu ialah Imam Ahmad. Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan dirinya.
Di Irak, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar dan hebat hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat saleh dan zuhud. Zaman itu tidak ada kamera gambar sehingga orang tidak tahu wajahnya, kendati namanya sudah terkenal.
Imam Ahmad menjawab, “Saya ingin istirahat, saya musafir.”
Kata penjaga itu, “Tidak boleh, dihentikan tidur di masjid.”
Imam Ahmad diusir oleh orang itu, disuruh keluar dari masjid.
Setelah keluar masjid, pintu masjid dikuncinya. Lalu Imam Ahmad ingin tidur di pelataran masjid. Ketika sudah berbaring di pelataran masjid, penjaganya tiba lagi, memarahinya.
“Kamu mau apa lagi syekh?” kata penjaga itu.
Imam Ahmad menjawab, “Saya mau tidur, saya musafir.” Lalu penjaga masjid berkata, “Juga tidak boleh.” Imam Ahmad diusir hingga ke jalanan.
Di samping masjid, ternyata ada penjual roti dengan kios kecilnya, daerah menciptakan dan menjual roti. Penjual roti ini sedang menciptakan adonan, sambil melihat kejadian lmam Ahmad diusir oleh penjaga masjid tadi.
Ketika Imam Ahmad hingga di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh, “Mari syekh, Anda boleh menginap di daerah saya, saya punya tempat, meskipun kecil.” Kata Imam Ahmad, “Baik.”
Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang menciptakan roti tanpa memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir.
Penjual roti ini memiliki sikap yang baik dan memuliakan tamu. Kalau Imam Ahmad mengajak bicara, niscaya dijawabnya. Kalau tidak, dia terus menciptakan gabungan roti sambil terus-menerus melafazkan istigfar, yaitu ”Astagfirullah.”
Saat meletakkan garam, dia mengucapkan astagfirullah, memecah telur, astagfirullah, mencampur gandum astagfirullah, dan seterusnya dia senantiasa mengucapkan istigfar; sebuah kebiasaan mulia.
Imam Ahmad terus memperhatikannya, kemudian bertanya, “Sudah berapa usang kau lakukan ibarat ini?”
Orang itu menjawab; “Sudah usang sekali syekh, semenjak saya menjual roti, sudah tiga puluh tahunan.”
Imam Ahmad bertanya; “Apa hasil dari perbuatanmu ini?”
Orang itu menjawab, “Lantaran wasilah istigfar, tidak ada hajat atau impian yang saya minta, kecuali niscaya dikabulkan Allah SWT. Semua yang saya minta ya Allah niscaya saya akan dapat.”
Rasulullah SAW pernah bersabda, “man lazamal-istigfara, ja’alallahu min kulli dhayyiqin makhraja, wayarzuqhu min haitsu la yahtasib, au kama qala rasulullah SAW”
Artinya:
“Siapa yang memelihara istigfar, maka Allah akan menyebabkan jalan keluar baginya dari semua problem dan Allah akan berikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya.” Lalu orang itu melanjutkan, “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih ada yang belum Allah kabulkan.”
Imam Ahmad ingin tau lantas bertanya, “Apa itu?”
Kata orang itu, “Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad.”
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, “Allahu Akbar. Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Basrah dan bahkan – hingga diusir oleh penjaga masjid hingga ke jalanan, ternyata alasannya ialah istigfarmu.”
Penjual roti itu terperanjat, seraya memuji Allah SWT, ternyata seseorang yang ada di depannya ialah Imam Ahmad.
Dia pun eksklusif memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad. (sumber: Kitab Manakib Imam Ahmad). Wallahu a’lam.
Berikut bacaan doa istighfar Rajab
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Mahaagung 3x. Yang Tidak ada Tuhan selain Dia Yang Mahahidup lagi bangkit sendiri. Aku bertobat kepada-Nya dari segala maksiat dan dosa. Aku bertobat kepada-Nya dari segala yang Allah benci, baik berupa perkataan, perbuatan, pendengaran, penglihatan, maupun perasaan. Ya Allah, bekerjsama saya memohon ampun terhadap apa-apa (dosa-dosa) yang telah kemudian maupun yang kemudian, baik (dosa yang saya perbuat) keterlaluan, (dosa) yang saya sembunyikan, (dosa yang saya perbuat) secara terang-terangan, maupun apa-apa (dosa-dosa) yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau-lah Yang Maha Pemula, Engkau-lah Yang Mahaakhir, dan hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Ya Allah bekerjsama saya memohon ampun kepada-Mu dari setiap dosa, saya bertobat kepada-Mu dari dosa yang saya lakukan lagi. Aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang saya maksudkan untuk berbakti kepada-Mu, Yang Mahamulia, namun tercemari oleh apa-apa yang tidak Engkau ridhai. Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang telah saya janjikan kepada-Mu kemudian saya khilaf kepada-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang Engkau serukan kepadaku, namun saya menyepelekannya. Aku mohon ampun kepada-Mu dari segala nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku namun saya menyalahgunakannya di jalan maksiat. Aku memohon ampun kepada-Mu dari segala dosa yang tidak ada yang sanggup mengampuninya selain-Mu, dan janganlah memperlihatkannya kepada seorang pun selain-Mu, dan tidak ada yang sanggup melapangkannya kecuali rahmat-Mu dan kesantunan-Mu, serta tidak ada yang sanggup selamat ]
darinya kecuali ampunan-Mu. Shalawat dan salam biar terlimpah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw., juga keluarganya, para sahabatnya, dengan keselamatan yang banyak. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Menurut Buya Yahya dilansir Al Bahjah TV yang diunggah 11 Maret 2018, menjelaskan mengenai aturan puasa Rajab yang biasanya dimulai pada 1 Rajab.
Ada riwayat yang menjelaskan mengenai puasa bulan Rajab.
Aku mendengar Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpuasa hingga kami berkata nampaknya dia akan berpuasa seluruh bulan.
Namun suatu ketika dia tidak berpuasa hingga kami berkata : Nampaknya dia tidak akan puasa sebulan penuh.” (HR. Muslim dalam kitab Ash Shiyam. An Nawawi membawakannya dalam Bab Puasa Nabi Muhammad SAW di selain bulan Ramadhan).
Dalam hadits tersebut menjelaskan Nabi Muhammad SAW pernah puasa aneka macam di bulan Rajab.
Sampai para sahabat menyampaikan Nabi Muhammad SAW penuh berpuasa di bulan Rajab.
Tetapi pernah pula, di tahun lain Nabi Muhammad SAW tidak berpuasa sama sekali di bulan Rajab.
Kesimpulannya, semua amalan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW kemudian ditinggalkan, itulah amalan sunah.
Mamah Dedeh di program Mamah dan Aa Beraksi Indonesia di akun Kathesia Widya yang diunggah 30 April 2015, mengatakan Rajab bulannya Allah.
“Silakan kerjakan puasa ibarat di bulan-bulan lain. Puasa Senin Kamis, sekalian puasa Rajab.
Itu boleh, sunah dengan sunah boleh digabung”, katanya.
Ada ulama yang menyampaikan perbanyak surat Al Ikhlas, perbanyak juga sedekah.
Perbanyak puasa sunah, tiga hari di awal bulan, tiga hari di tengah bulan, tiga hari di final bulan.
“1,2,3, tanggalnya itu puasa 13,14,15,puasa, 28, 29, 30 atau kalau hingga tanggahnya 29, (puasa) 27, 28, 29.
Silakan itu namanya sunah, namanya sunah bila semakin banyak dikerjakan, semakin baik”.
Adapun niat puasa di bulan Rajab adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ فِى شَهْرِ رَجَبِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma ghadin fi syahri rojabi sunatan lillahi ta’alaa.Doa Istighfar Rajab
Rajab termasuk empat bulan pahala dari 12 bulan Hijriyah, dianjurkan banyak beristigfar sehingga para ulama menyusun untaian istigfar yang disebut Istigfar Rajab.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel, KH Husin Naparin menjelaskan Sehubungan dengan ini, diriwayatkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal RA dikenal sebagai Imam Hanbali murid Imam Syafi’i, entah kenapa, suatu ketika dia ingin sekali berkunjung ke Kota Basrah di Irak.
Padahal tidak ada akad dengan seseorang dan juga tidak ada keperluan. Beliau berangkat sendiri menuju Kota Basrah. Setibanya di sana waktu Isya, dia pun ikut salat berjemaah Isya di masjid, sehingga hatinya merasa tenang. Usai salat dan jemaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid.
Tiba-tiba penjaga masjid tiba menemuinya sambil bertanya: “Kenapa kau di sini, syekh?” (kata “syekh” boleh dipakai sebagai panggilan untuk orang tua, atau orang kaya, ataupun orang berilmu).
Dalam cerita ini panggilan sebagai orang tua, alasannya ialah penjaga masjid itu tidak tahu kalau lelaki renta itu ialah Imam Ahmad. Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan dirinya.
Di Irak, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar dan hebat hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat saleh dan zuhud. Zaman itu tidak ada kamera gambar sehingga orang tidak tahu wajahnya, kendati namanya sudah terkenal.
Imam Ahmad menjawab, “Saya ingin istirahat, saya musafir.”
Kata penjaga itu, “Tidak boleh, dihentikan tidur di masjid.”
Imam Ahmad diusir oleh orang itu, disuruh keluar dari masjid.
Setelah keluar masjid, pintu masjid dikuncinya. Lalu Imam Ahmad ingin tidur di pelataran masjid. Ketika sudah berbaring di pelataran masjid, penjaganya tiba lagi, memarahinya.
“Kamu mau apa lagi syekh?” kata penjaga itu.
Imam Ahmad menjawab, “Saya mau tidur, saya musafir.” Lalu penjaga masjid berkata, “Juga tidak boleh.” Imam Ahmad diusir hingga ke jalanan.
Di samping masjid, ternyata ada penjual roti dengan kios kecilnya, daerah menciptakan dan menjual roti. Penjual roti ini sedang menciptakan adonan, sambil melihat kejadian lmam Ahmad diusir oleh penjaga masjid tadi.
Ketika Imam Ahmad hingga di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh, “Mari syekh, Anda boleh menginap di daerah saya, saya punya tempat, meskipun kecil.” Kata Imam Ahmad, “Baik.”
Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang menciptakan roti tanpa memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir.
Penjual roti ini memiliki sikap yang baik dan memuliakan tamu. Kalau Imam Ahmad mengajak bicara, niscaya dijawabnya. Kalau tidak, dia terus menciptakan gabungan roti sambil terus-menerus melafazkan istigfar, yaitu ”Astagfirullah.”
Saat meletakkan garam, dia mengucapkan astagfirullah, memecah telur, astagfirullah, mencampur gandum astagfirullah, dan seterusnya dia senantiasa mengucapkan istigfar; sebuah kebiasaan mulia.
Imam Ahmad terus memperhatikannya, kemudian bertanya, “Sudah berapa usang kau lakukan ibarat ini?”
Orang itu menjawab; “Sudah usang sekali syekh, semenjak saya menjual roti, sudah tiga puluh tahunan.”
Imam Ahmad bertanya; “Apa hasil dari perbuatanmu ini?”
Orang itu menjawab, “Lantaran wasilah istigfar, tidak ada hajat atau impian yang saya minta, kecuali niscaya dikabulkan Allah SWT. Semua yang saya minta ya Allah niscaya saya akan dapat.”
Rasulullah SAW pernah bersabda, “man lazamal-istigfara, ja’alallahu min kulli dhayyiqin makhraja, wayarzuqhu min haitsu la yahtasib, au kama qala rasulullah SAW”
Artinya:
“Siapa yang memelihara istigfar, maka Allah akan menyebabkan jalan keluar baginya dari semua problem dan Allah akan berikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya.” Lalu orang itu melanjutkan, “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih ada yang belum Allah kabulkan.”
Imam Ahmad ingin tau lantas bertanya, “Apa itu?”
Kata orang itu, “Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad.”
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, “Allahu Akbar. Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Basrah dan bahkan – hingga diusir oleh penjaga masjid hingga ke jalanan, ternyata alasannya ialah istigfarmu.”
Penjual roti itu terperanjat, seraya memuji Allah SWT, ternyata seseorang yang ada di depannya ialah Imam Ahmad.
Dia pun eksklusif memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad. (sumber: Kitab Manakib Imam Ahmad). Wallahu a’lam.
Berikut bacaan doa istighfar Rajab
بسم الله الرحمن الرحيم
اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ۳x. اَلَّذِيْ لَاإِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ الْمَعَاصِيْ وَالذُّنُوْبِ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ مَاكَرِهَ اللهُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَسَمْعًا وَبَصَرًا وَحَاضِرًا. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ لِمَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَاأَعْلَنْتُ وَمَاأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ إِنَّيْ اَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ تُبْتُ إِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ فِيْهِ وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَاأَرَدْتُ بِهِ وَجْهَكَ الْكَرِيْمَ فَخَالَطْتُهُ بِمَا لَيْسَ لَكَ بِهِ رِضًى وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَا وَعَدْتُكَ بِهِ نَفْسِيْ ثُمَّ اَخْلَفْتُكَ وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَادَعَالِيْ إِلَيْهِ الْهَوَى مِنْ قَبْلِ الرُّخَصِ مِمَّااشْتَبَهَ عَلَيَّ وَهُوَ عِنْدَكَ مَحْظُوْرٌ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ النِّعَمِ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ بِهَاعَلَيَّ فَصَرَفْتُهَا وَتَقَوَّيْتُ بِهَاعَلَى الْمَعَاصِيْ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ لَايَغْفِرُهَا غَيْرُكَ وَلَايَطَّلِعُ عَلَيْهَا أَحَدٌ سِوَاكَ وَلَايَسَعُهَا إِلَّارَحْمَتُكَ وَحِلْمُكَ وَلَايُنْجِيْ مِنْهَا إِلَّاعِفْوُكَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ يَمِيْنٍ حَلَفْتُ بِهَا فَحَنَثْتُ فِيْهَاوَأَنَا عِنْدَكَ مَأْخُوْذٌ بِهَا، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. وَاَسْتَغْفِرُكَ يَا لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ عَالِمٌ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةَ مِنْ كُلِّ سَيِّئَةٍ عَمِلْتُهَا فِيْ بَيَاضِ النَّهَارِ وَسَوَادِ اللَّيْلِ فِيْ مَلَإٍوَخَلَإٍ وَسِرٍّ وَعَلَاِنيَةٍ وَأَنْتَ إِلَيَّ نَاظِرٌ إِذَا ارْتَكَبْتُهَا تَرَى مَا اَتَيْتُهُ مِنَ الْعِصْيَانِ بِهِ عَمْدًا أَوْ خَطَأً أَوْ نِسْيَانًا يَا حَلِيْمُ يَاكَرِيْمُ، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَا لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ وَأَنْتَ خَيْرٌ الرَّاحِمِيْنَ وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ فَرِيْضَةٍ وَجَبَتْ عَلَيَّ فِيْ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ فَتَرَكْتُهَا عَمْدًا أَوْ خَطَأً أَوْ نِسْيَانًا أَوْ تَهَاوُنًا وَأَنَا مَسْئُوْلٌ بِهَا، وَمِنْ كُلَّ سَنَةٍ مِنْ سُنَنِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَخَاتِمِ النَّبِيِّيْنَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَتَرَكْتُهَا غَفْلَةً أَوْ سَهْوًا أَوْ جَهْلًا أَوْتَهَاوُنًا قَلَّتْ أَوْ كَثُرَتْ وَأَنَا عَائِدٌ بِهَا وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ، سُبْحَانَكَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ وَأَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيرْاً وَالْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Artinya:اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ۳x. اَلَّذِيْ لَاإِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ الْمَعَاصِيْ وَالذُّنُوْبِ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ مَاكَرِهَ اللهُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَسَمْعًا وَبَصَرًا وَحَاضِرًا. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ اَسْتَغْفِرُكَ لِمَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَاأَعْلَنْتُ وَمَاأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ إِنَّيْ اَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ تُبْتُ إِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ فِيْهِ وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَاأَرَدْتُ بِهِ وَجْهَكَ الْكَرِيْمَ فَخَالَطْتُهُ بِمَا لَيْسَ لَكَ بِهِ رِضًى وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَا وَعَدْتُكَ بِهِ نَفْسِيْ ثُمَّ اَخْلَفْتُكَ وَاَسْتَغْفِرُكَ بِمَادَعَالِيْ إِلَيْهِ الْهَوَى مِنْ قَبْلِ الرُّخَصِ مِمَّااشْتَبَهَ عَلَيَّ وَهُوَ عِنْدَكَ مَحْظُوْرٌ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ النِّعَمِ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ بِهَاعَلَيَّ فَصَرَفْتُهَا وَتَقَوَّيْتُ بِهَاعَلَى الْمَعَاصِيْ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ لَايَغْفِرُهَا غَيْرُكَ وَلَايَطَّلِعُ عَلَيْهَا أَحَدٌ سِوَاكَ وَلَايَسَعُهَا إِلَّارَحْمَتُكَ وَحِلْمُكَ وَلَايُنْجِيْ مِنْهَا إِلَّاعِفْوُكَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ يَمِيْنٍ حَلَفْتُ بِهَا فَحَنَثْتُ فِيْهَاوَأَنَا عِنْدَكَ مَأْخُوْذٌ بِهَا، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. وَاَسْتَغْفِرُكَ يَا لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ عَالِمٌ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةَ مِنْ كُلِّ سَيِّئَةٍ عَمِلْتُهَا فِيْ بَيَاضِ النَّهَارِ وَسَوَادِ اللَّيْلِ فِيْ مَلَإٍوَخَلَإٍ وَسِرٍّ وَعَلَاِنيَةٍ وَأَنْتَ إِلَيَّ نَاظِرٌ إِذَا ارْتَكَبْتُهَا تَرَى مَا اَتَيْتُهُ مِنَ الْعِصْيَانِ بِهِ عَمْدًا أَوْ خَطَأً أَوْ نِسْيَانًا يَا حَلِيْمُ يَاكَرِيْمُ، وَاَسْتَغْفِرُكَ يَا لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ وَأَنْتَ خَيْرٌ الرَّاحِمِيْنَ وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ فَرِيْضَةٍ وَجَبَتْ عَلَيَّ فِيْ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ فَتَرَكْتُهَا عَمْدًا أَوْ خَطَأً أَوْ نِسْيَانًا أَوْ تَهَاوُنًا وَأَنَا مَسْئُوْلٌ بِهَا، وَمِنْ كُلَّ سَنَةٍ مِنْ سُنَنِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَخَاتِمِ النَّبِيِّيْنَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَتَرَكْتُهَا غَفْلَةً أَوْ سَهْوًا أَوْ جَهْلًا أَوْتَهَاوُنًا قَلَّتْ أَوْ كَثُرَتْ وَأَنَا عَائِدٌ بِهَا وَاَسْتَغْفِرُكَ يَالَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ، سُبْحَانَكَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ وَأَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيرْاً وَالْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Mahaagung 3x. Yang Tidak ada Tuhan selain Dia Yang Mahahidup lagi bangkit sendiri. Aku bertobat kepada-Nya dari segala maksiat dan dosa. Aku bertobat kepada-Nya dari segala yang Allah benci, baik berupa perkataan, perbuatan, pendengaran, penglihatan, maupun perasaan. Ya Allah, bekerjsama saya memohon ampun terhadap apa-apa (dosa-dosa) yang telah kemudian maupun yang kemudian, baik (dosa yang saya perbuat) keterlaluan, (dosa) yang saya sembunyikan, (dosa yang saya perbuat) secara terang-terangan, maupun apa-apa (dosa-dosa) yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau-lah Yang Maha Pemula, Engkau-lah Yang Mahaakhir, dan hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Ya Allah bekerjsama saya memohon ampun kepada-Mu dari setiap dosa, saya bertobat kepada-Mu dari dosa yang saya lakukan lagi. Aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang saya maksudkan untuk berbakti kepada-Mu, Yang Mahamulia, namun tercemari oleh apa-apa yang tidak Engkau ridhai. Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang telah saya janjikan kepada-Mu kemudian saya khilaf kepada-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang Engkau serukan kepadaku, namun saya menyepelekannya. Aku mohon ampun kepada-Mu dari segala nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku namun saya menyalahgunakannya di jalan maksiat. Aku memohon ampun kepada-Mu dari segala dosa yang tidak ada yang sanggup mengampuninya selain-Mu, dan janganlah memperlihatkannya kepada seorang pun selain-Mu, dan tidak ada yang sanggup melapangkannya kecuali rahmat-Mu dan kesantunan-Mu, serta tidak ada yang sanggup selamat ]
darinya kecuali ampunan-Mu. Shalawat dan salam biar terlimpah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw., juga keluarganya, para sahabatnya, dengan keselamatan yang banyak. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Advertisement