-->

Beda Agama, Ayah Ini Tetap Biayai Anaknya Berguru Islam Di Pesantren Papua

Beda Agama, Ayah Ini Tetap Biayai Anaknya Berguru Islam Di Pesantren Papua
Beda Agama, Ayah Ini Tetap Biayai Anaknya Berguru Islam Di Pesantren Papua
Perbedaan agama dan kepercayaan kerap sekali menjadi perdebatan sensitif yang tak kunjung ada habisnya.
Tak jarang perbedaan tersebut hingga menimbulkan bentrok bahkan menimbulkan korban nyawa melayang.
Namun kisah keharmonisan cinta dan kasih sayang seorang ayah dari Papua ini, harusnya dapat membantah bahwa perbedaan agama dan kepercayaan yaitu pemicu perdebatan dan konflik antar penganutnya. Karena oleh agama apapun, perpecahan dan perkelahian memang tidak pernah dibenarkan.
Kisah ini diceritakan oleh Abdul Wahab, salah seorang perjaka yang ketika ini sedang menjalani dedikasi di Papua, sebagai salah seorang pengajar agama.
Ia menceritakan di daerah tinggalnya ketika ini. Ada sebuah potret keharmonisan yang luar biasa, antara orangtua dan anak yang berbeda agama dan keyakinan.
Anak kecil tersebut ialah Rudi, seorang bocah kecil yang menentukan untuk memeluk agama Islam, padahal ayah Rudi merupakan umat beragama Kristen.
Kendati berbeda keyakinan, ayah Rudi tak mempermasalahkannya, ia tetap mengasihi anaknya sebagaimana mestinya seorang ayah mengasihi anaknya.
“Meski beda agama keharmonisan anak dan orangtua di Papua ini tidak sedikitpun menimbulkan sebuah persoalan dalam kehidupan sehari,”ujar Wahab menceritakan kisah tersebut di akun sosial medianya, menyerupai dikutip brilio.net, Senin (18/4).

Tak hanya diperbolehkan memeluk agama yang berlainan dengan ayahnya, bahkan Rudi juga diizinkan oleh ayahnya untuk menimba ilmu agama Islam di Pondok Pesantren Al Payage, salah satu pondok pesantren di tanah Papua.
Tentu saja potret menyerupai ini terang menohok orang-orang yang selalu menyebar fitnah dan perpecahan atas nama agama.
Kisah ini sekaligus mengatakan betapa perbedaan suatu agama tidak menjadi sebuah sekat dalam keluarga.
“Rudi yang setiap hari mengaji, mendengar petuah gurunya Saiful Islam di pondok dan ia juga mengerti betul pentingnya adab terhadap orangtua meski berbeda Agama,” imbuh Wahab yang menjadi salah seorang pengajar di pondok Payage tersebut.
Dari kisah ini, seharusnya insan berguru bahwa sudah sepatutnya seseorang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan persaudaraan yang lebih mendalam dan lebih fundamental dibandingkan kepentingan apapun.

Perbedaan agama dan kepercayaan kerap sekali menjadi perdebatan sensitif yang tak kunjung  Beda Agama, Ayah Ini Tetap Biayai Anaknya Belajar Islam di Pesantren Papua
Sebab rasa kemanusiaan harusnya tidak dibatasi oleh baju luar dan sekat-sekat primordial menyerupai agama, suku, ras, bahasa, jenis kelamin, dan sebagainya.
Advertisement