-->

Inilah 10 Sikap Istri Durhaka Kepada Suami,No 8 Paling Banyak Dilakukan

Inilah 10 Sikap Istri Durhaka Kepada Suami,No 8 Paling Banyak Dilakukan
Inilah 10 Sikap Istri Durhaka Kepada Suami,No 8 Paling Banyak Dilakukan
Di bawah ini yaitu 10 sikap yang harus dihindari oleh para istri, semoga tidak menjadi golongan istri durhaka kepada suami dan jikalau sudah terjadi alangkah baiknya pribadi meminta maaf, dan perilaku-perilaku tersebut diantaranya adalah:


1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelum menikah, seorang perempuan membayangkan ijab kabul yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia mempunyai citra yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, capek, problem keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambarannya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa mendapatkan keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya semoga keluarga yang mereka bina sesuai dengan citra ideal yang senantiasa ia impikan semenjak muda.
Seorang perempuan yang hendak menikah, alangkah baiknya jikalau ia melihat forum perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyuz (tidak taat kepada suami)
Nusyuz yaitu sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melaksanakan nusyus yaitu perempuan yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan untuknya.
Nusyuz mempunyai beberapa bentuk, diantaranya adalah:
  • Menolak seruan suami ketika mengajaknya ke daerah tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
  • Mengkhianati suami, contohnya dengan menjalin korelasi gelap dengan laki-laki lain.
  • Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
  • Lalai dalam melayani suami
  • Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
  • Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
  • Keluar rumah tanpa izin suami
  • Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, alasannya yaitu tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan istri ibarat ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan semoga seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang renta suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya yaitu cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang renta suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang renta dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya semoga lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan banyak sekali cara.
Ikatan ijab kabul bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah forum pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang renta suami yaitu orang renta istri, keluarga suami yaitu keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin korelasi baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa damai dan senang jikalau istrinya bisa memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke daerah perbelanjaan, atau ketika ada program lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jikalau suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya ia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak bisa memenuhi impian sang istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak mempunyai rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya bisa memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak bisa dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan bertambah.
“Sesungguhnya jikalau kau bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jikalau kau mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan lebih banyak didominasi penduduk neraka.” Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sesudah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.
Ajaib!! perempuan sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni lebih banyak didominasi neraka. Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan menyampaikan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian klarifikasi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum perempuan berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita besar hati untukmu wahai saudariku.
Namun jikalau tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya,  maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat,  satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan,  masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu,  bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di darul abadi kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kau dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kau menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri,  jangan hingga apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu yaitu nirwana dan nerakamu.” (HR.Ahmad)

Isteri Durhaka kepada Suami
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya mempunyai kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi problem yaitu jikalau seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu’Anhu meriwayatkan, sebetulnya Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok insan dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang mempunyai banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan menerima izin suami dan tidak hingga mengabaikan kiprah dan tanggung jawabnya.
Jangan hingga acara tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan hingga amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, belum dewasa belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan watak wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, sanggup dikatakan masuk akal bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jikalau rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini sanggup menjelma cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan yaitu cemburunya istri terhadap suami alasannya yaitu kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat gejala yang membenarkan hal ini, maka ini yaitu cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini yaitu cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melaksanakan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Tidak menjaga perasaan suami

Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya semoga tidak menyakiti perasaan suami, ia bisa menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Advertisement