-->

PERJUANGAN IBU BEKERJA DALAM MENYUSUI DAN PEMBERIAN ASI

PERJUANGAN IBU BEKERJA DALAM MENYUSUI DAN PEMBERIAN ASI
PERJUANGAN IBU BEKERJA DALAM MENYUSUI DAN PEMBERIAN ASI
PERJUANGAN IBU BEKERJA DALAM MENYUSUI DAN PEMBERIAN ASI


Based on the true story
“Saya harus bisa memberikan ASI untuk anak saya walau saya ibu bekerja” batin saya saat hamil anak pertama.

Dari awal kehamilan, saya dan suami bertekad untuk menyiapkan segala sesuatunya dalam menyambut kehadiran anak kami. Mungkin juga karena anak pertama, sehingga membuat kami merasa haus untuk lebih banyak belajar.

Sejak hamil usia kandungan 7 bulan, saya mengikuti senam hamil setiap minggu pagi dan, setelah senam hamil saya mendapatkan berbagai penyuluhan tentang kehamilan, persiapan sebelum dan pasca melahirkan.

Hari kelahiran pun tiba, saya pun menyambut kehadiran bayi dengan penuh suka cita, dengan proses kelahiran normal yang penuh drama karena saya harus mendapatkan cairan infus dan MgSO4 untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi, saya memohon pada dokter agar saya bisa melahirkan normal dan syukurnya dokter kandungan saya sangat pro normal, setelah tekanan darah normal saya dapat melahirkan pervaginam.

Alhamdulillah, melihat anak lahir kedunia suka cita rasa bergemuruh penuh haru lelah dua hari terbayarkan sudah, persalinan normal memudahkan saya untuk inisiasi menyusui dini yaitu proses membiarkan bayi menyusu secara alamiah segera setelah ia dilahirkan sesaat setelah bayi lahir, bayi langsung diletakan di dada, kulit ketemu kulit (skin to skin contact). Ada begitu banyak emosi, cinta, haru, dan rasa puas serta bahagia yang membuncah. Ketika bayi saya pertama kali mencoba menggerakkan badan dan kaki kecilnya di atas perut .

Berselang di ruang rawat gabung, rasa lelah setelah melahirkan membuat saya tertidur pulas, untungnya anak saya masih dalam keadaan tidur. Ketika anak saya bangun, saya berusaha mengingat-ingat teori yang pernah saya dapatkan saat mengikuti penyuluhan senam hamil , intinya harus yakin bahwa posisi bagi ibu dan bayi harus nyaman serta sudah tepat. Yaitu, dada bayi "bertemu" dada ibu, perut bayi "bertemu" perut ibu, hidung bayi pada area areola, dagu pada bagian bawah PD. Atau, "Tummy to mummy, chest to chest, nose to nipple, chin to breast".

Masya Allah, matanya terbuka penuh harap, dengan tangisannya seolah-olah ingin mengatakan “bunda, Azzam ingin minum” , segera kuraih bayiku saat itu dan menyambutnya dengan suka cita “ Azzam, anak sholehnya bunda…. Ayo minum..Bismillah” .

Bayiku pun membuka mulutnya dan Hap! Berhasil dengan mudah untuk menyusui, kolostrum cairan berwarna kuning berhasil didapatkan, karena sepengetahuan saya cairan ini sangat baik untuk kekebalan tubuh bayi.
Melihat matanya memandang wajahku, aku pun melihat matanya, tak terasa tes..tes…aku pikir atap rumah sakit bocor, ternyata air mata…..

Ya, air mataku yang menggenang perlahan jatuh membasahi pipiku, ada rasa bangga dan bahagia yang bergemuruh dalam hati, kupeluk erat anakku dan kuelus kepalanya dengan penuh cinta .

Alhamdulillah segalanya dimudahkan saya pun pulang kerumah , hari-hari awal menjadi ibu, kepala saya sering pusing karena kurang tidur, Azzam sering terbangun dimalam hari, ditambah tidak ada suami yang siaga mendampingi dikarenakan suami bertugas di luar kota.

Saya bersyukur Syndrome baby blues tidak sampai menyeruak dalam diri saya karena saya berusaha positif dan menyiapkan hati untuk sabar , dari perasaan batin yang berkecamuk serta mata mengantuk yang sudah menjadi satu. Beruntungnya saya bisa memandikan bayi, mengganti popoknya sendiri, walau sambil terkantuk-kantuk dan air mata yang mengalir pelan-pelan , sungguh saat itu tabiat cengengku akhirnya muncul juga . Ketika terasa lecet dan perih saya biasa mengoleskan baby oil serta tetesan ASI ternyata itu cukup ampuh untuk menghilangkan nyeri pada akhirnya menyusui kembali dengan nyaman

Sembari anak tertidur pulas sebagai persiapan kerja, saya pun harus pompa asi untuk membuat stok saat saya bekerja nanti, tidak lupa Saya labeli tanggal dan jam saya masukkan freezer , begitu setiap hari selama masa cuti. Hingga Jreng..jreng… masa cuti tiga bulan telah selesai, dan disinilah episode perjuangan ibu bekerja dimulai..

Saat istirahat saya gunakan untuk memompa ASI dan banyak makan, dan saya menyiapkan makanan ringan di kantor seperti susu kotak kemasan, kue kering, dan sari kacang hijau. Semua itu saya lakukan agar ASI saya berlimpah dan menghidari rasa lapar, dengan pompa elektrik, botol kaca ASI steril beserta cooler bag (tempat pendingin), saya bawa setiap hari ke kantor semua demi pemenuhan gizi dan target ASI harus eksklusif sampai usia 6 bulan.

Awal-awal stok ASI berlimpah ruah lama-lama semakin menipis untungnya masa emas 6 bulan sudah terlewati dan anak sudah dapat ASI eksklusif. Lewat 6 bulan anak sudah masuk masa MPASI. Tapi tetap saja butuh ASI, dan akhirnya drama kejar tayang pun dimulai stok ASI semakin menipis, ibuku mengirimkan pesan Whatsapp ke telepon genggamku , “sa, susu azzam habis”

Segera saja saya pun cepat-cepat pompa ASI di kantor dan membuka aplikasi online untuk mengirimkan ASI kerumah begitu seterusnya setiap hari,sampai-sampai driver nya hafal dengan wajah saya, mungkin karena dia selalu nge-tem di area tempat saja bekerja, begitu seterusnya hingga drama kejar tayang ASI tak terelakkan. Saat tiba dirumah tentu saja kesempatan menyusui secara langsung tak boleh dilewatkan dan pompa ASI sebanyak-banyaknya apalagi saat hari libur.

Proses menyusui tidak hanya dari personal ibu saja yang dituntut makan-makan yang bergizi dan menyusui lebih sering ,tapi tentu saja saya pun berterima kasih atas segala motivasi dan dukungan dari orang-orang terdekat disekitar yaitu berupa dukungan positif dari suami, orang tua , rekan-rekan bidan sebagai konselor ASI dan tak lupa yang utama adalah berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberi kemudahan.

Pemberian ASI bukan sekadar "saat minum susu" untuk bayi. Proses menyusui adalah seni yang membutuhkan konsentrasi dan ketulusan hati. Yang sedang berada dalam dekapan dan dekat dengan jantung adalah bayi, Maka menyusui adalah salah satu proses bonding yang paling berarti antara ibu dan anak.

Setiap permasalah pasti ada solusinya, apalagi ibu bekerja yang tidak 24 jam dirumah, tapi dengan komitmen yang kuat , segala perjuangan serta pengorbanan ibu yang mepersiapkan segala sesuatu hal untuk buah hati ditambah kerjasama dan dukungan dengan orang-orang sekitar ibu, semua akan berjalan lancar.
Advertisement