Jujur saya tidak dapat apa-apa, jikalau segala tentangmu membuatku jatuh hati. Ini problem hati yang kadang tidak dapat kompromi dengan logika. Saat hati ini sudah tertuju padamu, apakah ada yang dapat saya lakukan selain berharap dan berdoa kita akan dipertemukan dalam satu hari yang suci. Aku padamu dalam ikatan yang halal.
Aku hanya ingin jatuh cinta satu kali saja, boleh kah itu padamu. Sedikit memaksa, tapi itu tak apa. Semoga semesta mengaamiinkan niat baik yang saya punya dan kamu pun merasakan. Karena dalam ketidak tahuan saya selalu mengirimkan doa untukmu dan merasa aib jikalau berada di dekatmu.
Enta kenapa, waktu terasa berhenti ketika kamu mulai menyapa dengan perlahan. Sehingga saya dapat mencicipi detak jantung yang mengalirkan darah ke kepala. Bukan tak mau lama-lama berbincang denganmu, Cuma saya takut kamu tahu perasaannku dengan segala gerakku yang serba salah. Gerak yang nampak kaku dan kikuk ketika kamu tak sengaja melemparkan senyuman yang mungkin kamu anggap biasa tapi berbeda yang ku rasa.
Aku tak mau mencicipi sakit hati, tapi hati ini malah mengambil risiko dengan memperlihatkan kesempatan untukmu singgah. Nalar serasa mati, ketika hati mulai percaya akan takdirku padamu menyerupai apa yang diceritakan dalam kisah siti Fatimah r.a dan Ali bin Abi Thalin r.a. hanya waktu dan rasa aib yang membatasi cinta kita, alasannya keduanya telah tumbuh seblum adanya ikatan cinta.
Aku mohon, bersikaplah sebagai laki-laki sejati ketika kamu tahu hati ini telah memilihmu. Jangan pernah lari atau pergi dengan alasan dunia. alasannya saya sudah siap dengan segala sesuatunya dikarenakan telah memilihmu. Karena padamu saya jatuh cinta, dan hanya padamu saya ingin.
Advertisement