-->

ISLAM NUSANTARA (Dekat di mata, dekat di hati)

ISLAM NUSANTARA (Dekat di mata, dekat di hati)
ISLAM NUSANTARA (Dekat di mata, dekat di hati)

Duluuuuu sekali ! Jazirah Arab, Maghribi, dan lain2 area yg dimukimi ras Arab, umat Muslim Asia Selatan macam Afganistan, Pakistan, dll. aman2 dan damai2 saja.

Tak ada sengketa (besar) antar 'sekte'. Sunni- Syi'ah misalnya. Saddam Husein yang Sunni pimpin negeri mayoritas Syiah, Iraq. Di Suriah, Hafes Assad yang Syiah anggota kabinet dan jendralnya ada juga yang Sunni. Yaman pun tidak ada 'gontok2an' Sunni-Syiah.

Sebelum Palestina 'merdeka' dan Yasser Arafat ada, Hamas, Fatah, Hizbullah, juga rukun2 saja. Taliban dan kawan2 beda 'aliran' di Afganistan bersatu mengusir 'penjajah' Uni Sovyet. Dibantu Amerika tentunya ๐Ÿ˜Š.

Awal kemunculan negara Israel, hampir seluruh negeri Arab, baik Sunni maupun Syiah, bersatu menyerbu. Dua kali perang malah. Dan dua kali pula kalah ! ๐Ÿ˜ฃ๐Ÿ˜ฃ๐Ÿ˜ฃ

Jaman Shah Reza Pahlevi menguasai Iran. Sahabat kental Amerika, tak peduli siapa pun presidennya. Juga tenang2 saja. Padahal waktu itu Shah Iran ini mengakui keberadaan Israel, kalender Hijriyah pun diganti penanggalan dengan acuan waktu penobatan Koresy Agung (Cyrus the Great). Monarki kuno mereka.

Peta politik pun berubah sejak 'kudeta' Imam Khomeini dan penyanderaan Kedubes Amerika di Iran tahun 1979. Shah Iran lari dan akhirnya wafat di Mesir setahun kemudian. Rezim Islam Syi'ah yang baru terasa begitu 'keras', puritan, dan terkesan nampak ekspansif. Terasa dan terkesan . . . ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Ž

Amerika dan Saudi pun lalu saling merapat. Wahabi pun di ekspor kemana-mana. Lalu muncul persengketaan politik. Berebut kuasa. Agar sah, perlu dibalut agama. Secara pelahan sengketa politik di geser jadi 'berasa dan beraroma' agama.

Sekarang negeri2 muslim, Suriah, Iraq, Libya, Afganistan, dan lain-lain, porak poranda. Maronit, Druz, Kurdi, ikut jadi 'penggembira'. Para Pengungsi pun membanjiri negeri para 'kafir', Eropa. Sebagian lolos dan selamat, namun tak sedikit yang hilang tertelan keganasan samudra dan gurun Sahara.

Tak puas. Para 'perusuh' dgn 'bekal' yg mereka punya, coba2 melebar ke Asia (Tenggara). Di Myanmar pakai isu Rohingya, tak begitu jaya. Singapura dan Malaysia gak mempan karena ketat aturannya. Penceramah disaring, isi khutbah ditelaah. Singapura apalagi. Agama di setting jadi 'ranah' pribadi. Ndak usah berpikir bengak-bengok atau demo bertopeng agama.

Lari ke Filipina yg memang telah ada bibitnya. Baku tembak sebentar. Sekarang menyisakan Marawi jadi kota hantu, dulu kota wisata. Porak poranda. Rumah-rumah hancur, anak tak sekolah, orang tua tak kerja. Para Perusuh ? Kalau ndak mati ya lari ! Enak kan ? 

Indonesia ? Ini sasaran empuk. Alamnya kaya. SDM melimpah. Mulailah goyang sana sini. Modal seperti biasa. Goreng sana sini 'Ayat dan Sorga'. Buatan Allah tapi di klaim mereka punya.

Tidak ada rasa takut dan malu buat fitnah. Ujaran kebencian diumbar habis. Sliweran di medsos, poster, dan spanduk. Bisa buatan umat juga bisa buatan para ustad. Tak masalah. Toh mereka yang pegang kunci sorga ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†

Banyak yang percaya juga. Goblog dan Maling ndak apa. Tetep bisa jadi teman dan 'pilihan', asal 'seAliran'. Catat ! Se-Aliran bukan sekedar 'Se-Akidah-seAgama''. Beda agama ? Jangan lagi ditanya. Pasti 'antum' kafir lah . . . ๐Ÿ˜ฃ๐Ÿ˜ฅ๐Ÿ˜ฅ.

Agama ? Kilafah ? Itu cuma bungkusnya. Isi tetap syahwat berkuasa !

Nahdiyyin pun terpaksa maju. Tidak berperang. Cuma ajukan gagasan. Yang sebenarnya sejak dulu sudah ada. Dirumuskan. Diberi Nama. Disampaikan.

Islam Nusantara !

Eh ! Geger ! Tak jelas maunya. Bukan hanya tak mau 'tabayyun', pokoknya sekedar mau beda. Tapi ide tandingan tak punya.

Bikin Mazhab baru, harus ada 'nabi' baru, dan lain-lain. itu kata mereka. Tepatnya tuduhan mereka.

Para Ulama (NU) menjelaskan panjang lebar. Itu hanya typikal. Mumayyizaat. Khashaish. Tak ada dalih sangkalan yg masuk akal atau ajukan dalil yg menangkal. Tapi pedas kata, keras suara, mendahului akal budi dan nurani.

Padahal, biarpun para Kiai maupun 'grassroot' Nahdiyyin suka 'out of the box', ulama NU yang meski mumpuni, tidaklah sampai sejumawa itu. Bikin mazhab atau aliran baru.

Di benak saya yang 'Abangan', Islam Nusantara itu seperti saat Kanjeng Sunan Kudus melarang sembelih sapi buat bahan baku Soto Kudus. Ganti kerbau saja.

Jika berhenti di perjalanan mau Sembahyang tidak ketemu mesjid pasti cari dan milih di 'Langgar' bukan 'musholla'.

Bulan puasa setelah 'Darus' anak2 bisa mukul 'Bedug Kรจtรจr'. Lebaran anak2 boleh dan bisa 'cium tangan' tamu teman bapak-ibunya. Tetangga meninggal bisa temani keluarga yg berduka 'sembari' tahlilan. Pagi hari jelang subuh saya masih bisa nikmati syahdunya 'Shalawat Tarhim' . 

Tuhannya ? Allah lah !
Kitab ? Qur'an !
Nabi sama ? Sama ! Muhammad saw !
Sembahyang ngadep Ka'bah ? Iya. He eh !
Budhal kaji ? Ke Mekah juga lah !
Khulafaur Rasyidin juga sahabat yang 4 itu kok.
Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali !

Sederhana dan sama saja ya ? Memang ! 
Adem kan ?
Nyerang kamu ndak ? Ndak kan ?
Ya sudah. Gitu saja kok repot ! ๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€
Advertisement