-->

Manusia Senantiasa Berdampingan Dengan Fitnah

Manusia Senantiasa Berdampingan Dengan Fitnah
Manusia Senantiasa Berdampingan Dengan Fitnah
MANUSIA SENANTIASA BERDAMPINGAN DENGAN FITNAH

Oleh

Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan

Manusia senantiasa hidup beriringan dengan fitnah (ujian dan cobaan) hingga ia meninggal. Terkadang hidupnya berakhir dengan baik, dan terkadang beliau menutup kehidupannya dengan simpulan yang jelek. Dan menyerupai itu juga insan menghadapi fitnah (yaitu diuji) hingga di dalam kuburnya. Jika diletakkan di kuburnya, beliau akan diuji (dengan pertanyaan malaikat, yaitu fitnah kubur).

Dua malaikat akan mendatanginya. kemudian mereka mendudukkannya, dan bertanya kepadanya : Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Dan siapa nabimu?

Kebahagiaan dan kesengsaraannya tergantung jawabannya. Jika beliau menjawab: Rabbku ialah Allâh, Islam agamaku, dan nabiku Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka terdengar seruan, “Hambaku berkata benar, maka bentangkanlah hamparan baginya dari surga, dan bukakanlah baginya pintu ke surga.” Maka dibukalah baginya dari surga, dan berhembus kepadanya angin nirwana dan keharumannya, dan beliau (bisa) melihat tempatnya di nirwana (kemudian) beliau menyampaikan : “Wahai Rabbku, tegakkanlah simpulan zaman sehingga saya sanggup kembali (menjumpai) keluargaku dan hartaku.” Dan diluaskan kuburannya sejauh pandangan matanya.[1]

Adapun apabila ia tidak sanggup menjawab, maka pada setiap pertanyaan beliau mengatakan: Hah? Hah? Aku tidak tahu. Aku mendengar insan menyampaikan sesuatu, maka saya pun (ikut) mengatakannya.[2]

Perbuatan yang beliau lakukan tidak bersumber dari ketundukan dan keimanan. Yang beliau lakukan hanyalah sekedar mengikuti apa yang dilakukan insan saja, atau lantaran kerakusannya terhadap dunia. Ini ialah orang munafik; yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran.

Lalu terdengar seruan: “Sesungguhnya hamba-Ku berdusta. Maka bentangkanlah hamparan untuknya dari neraka dan bukakan untuknya pintu ke neraka! Maka disempitkan kuburnya sehingga saling berselisih tulang rusuknya, dan beliau melihat tempatnya di neraka. (Kemudian) beliau mengatakan: “Wahai Rabbku! jangan Engkau tegakkan Kiamat.”[3]

Ini semua ialah cobaan dan ujian, hingga hingga di dalam kubur.

Jadi, fitnah (ujian dan cobaan) senantiasa dihadapkan kepada seorang hamba, di masa  hidupnya, dikala mati dan juga di dalam kuburnya. Akan tetapi, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla.

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

“Allâh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allâh menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki  [Ibrâhîm/14:27]

juga firman-Nya.”

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allâh” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kau takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allâh kepadamu.” [Fushshilat /41:30]

Juga firman-Nya:

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ ﴿٢٣﴾ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

(Yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bantu-membantu dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salâmun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya kawasan kesudahan itu. [Ar Ra’d/13:23-24]

Yaitu: dengan lantaran kesabaran kalian atas agama kalian, dan keteguhan kalian di atas kebenaran dalam kehidupan dunia, maka kalian pun memperoleh kemuliaan ini.

Mereka tidak mendapat ini begitu saja. Mereka mendapatkannya sebagai jawaban dari kesabaran, keteguhan dan keimanan mereka kepada Allâh dan Rasul-Nya.

Sebaliknya, orang-orang kafir, maka keadaan mereka – wal `iyâdzu bilâah-  menyerupai yang Allâh firmankan,.

وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا ۙ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ﴿٥٠﴾ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

“Kalau kau melihat dikala para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kau akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allâh sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, [Al-Anfâl/8:50-51]

Juga dalam firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala.

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ﴿٩٣﴾وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَىٰ كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ ۖ وَمَا نَرَىٰ مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ ۚ لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kau melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kau dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, lantaran kau selalu menyampaikan terhadap Allâh (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kau selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.  Dan sebenarnya kau tiba kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kau Kami ciptakan pada mulanya, dan kau tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kau anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kau dan telah lenyap daripada kau apa yang dahulu kau anggap (sebagai sekutu Allâh). [Al-An’ am/6:93-94].

Jadi, insan senantiasa hidup dengan fitnah; ujian dan cobaan, hingga detik-detik terakhir kehidupannya. Bahkan dikala diletakkan di dalam kuburnya. Maka perkara ini perlu mendapat  perhatian, lantaran fitnah ini sangatlah dahsyat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Al-Bukhâri dalam al-janâ’iz 1308, Muslim dalam al-jannah wa shifatu na’îmihâ wa ahlihâ 2870, An-Nasai’dalam al-janâiz 2051, Ahmad 3/126.

[2] Al-Bukhâri al-`ilmu 86, Muslim al-kusûf 905, Ahmad 6/346, Malik an-nidâ’ li ash-sholât 447.

[3] Abu Daud dalam as-sunnah 4753, Ahmad 4/288.



Sumber: https://almanhaj.or.id/6690-manusia-senantiasa-berdampingan-dengan-fitnah.html


Advertisement