Hati siapa yang tidak akan hancur jikalau melihat orang yang disayanginya menikah dengan perempuan lain, padahal selama ini ia begitu erat dengan kita. Taunya orang ia yakni calon suami kita yang nantinya akan melamar kita, sebab seringnya selalu bersama, masuk akal jikalau orang beranggapan ibarat itu. Bahkan semua teman-temannya’pun mengira kita akan menikah dengannya, satu-satunya laki-laki yang dapat erat dengan kita. Tetapi, apa selesai dari dongeng cinta kita? Sungguh menyakitkan. Kita tidak akan pernah meminta dan berharap itu yakni sebuah akhir, tetapi hanyalah pertengahan dongeng yang akan berakhir nanti dengan indah.
Awal yang indah tidak selalu akan berlanjut dengan keindahan yang sama di pertengahannya. Seperti itu mungkin yang kita alamai ini, dan itu yakni cita-cita kita, sebab masih akan ada sebuah selesai dari kisah cinta kita, dan tentunya kita selalu berdoa selesai dari dongeng itu amatlah indah nantinya. Biarpun tidak dengannya, sebab kekasih kita, orang yang kita cintai dengan sepenuh hati itu sudah menikah dengan pilihan hatinya, dan justru meninggalkan luka di hati kita. Bukan itu, kita sudah berusaha untuk melupakannya, menguburnya dalam-dalam sampai tidak lagi berbekas sekalipun hanya aromanya. Kita masih punya cita-cita baru, tentunya dengan cinta yang gres yang lebih dapat bertanggung jawab dengan apa yang sudah diucapkannya.
Masih teringat ketika dia membawa cinta tiba dengan mengiba. Setelah kita terperangkap pada cintanya, kemudian menyerahkan hati kita kepadanya, tau-taunya tanpa ada kabar sebelumnya, ia justru menikah dengan orang lain. Bahkan kita taunya juga dari salah seorang temannya. Padahal hubungannya bersama kita belum ada kata putus, belum ada kata berpisah. Tega sekali ia mempermainkan perasaan kita, dan seenaknya menikah tanpa menuntaskan dulu kekerabatan yang sudah terjalin bersama kita bertahun-tahun.
Sakitnya tentu saja tidak terkirakan ketika kita tau Ia sudah menikah dengan orang lain. Ketika dengan berlinang airmata kita tiba meminta kejelasannya, ia justru menyalahkan kita, menyampaikan kita yang sudah terlalu berharap kepadanya. Sakitnya itu melebihi sakitnya terkena bacokan tajamnya belati, sakit sekali.
Kalau tidak ingat bahwa kita masih memiliki ayah dan ibu, masih memiliki saudara, ingin ketika itu juga kita meninggalkan dunia ini, pergi dengan mengakiri diri. Cepat tersadar, jikalau itu kita lakukan maka itu akan menciptakan kita lebih berdosa lagi. Lebih baik membiarkan saja yang menyakiti hati kita, Alloh tentu mempunyai rencana sendiri yang lebih indah. Harus tetap positif tingking untuk tidak terjatuh, apa lagi terjungkal tanpa dapat bangkit lagi. Itu tidak akan pernah terjadi ! kita harus menerangkan diri bahwa apa yang telah diperbuatnya itu justru akan menimbulkan kita cambuk untuk dapat melangkah lagi dengan lebih bersemangat dan lebih baik dari pada ketika bersamanya dulu. Kita juga akan menerangkan bahwa kita dapat mendapat pendamping yang lebih baik darinya dengan kehidupan yang tentunya juga lebih baik dan lebih membahagiakan.
Kita dihentikan nampak terluka olehnya sekalipun luka yang diperbuatnya benar-benar meninggalkan bekas yang tidak akan mungkin terlupakan oleh waktu.
Janganlah tiba membawa cinta jikalau pada kesannya kau menentukan menikah dengan perempuan lain, sebab itu akan menyakitkan orang yang sudah kau berikan cinta tetapi ternyata hanyalah palsu.
Kita yang disakiti, yang di berikan cita-cita palsu, dihentikan mengalah begitu saja. Mungkin Alloh punya rencana yang belum kita tau yang tentunya akan lebih indah dari apa yang sudah kita alami. Dan apa yang sudah terjadi dapat kita jadikan pelajaran berharga biar kedepannya kita dapat lebih berhati-hati lagi. Tidak semua laki-laki yang tiba kepada kita itu memiliki hati yang baik, dan tulus. Terkadang mereka tiba hanya sekedar untuk mempermainkan kita saja, ibarat ia yang sudah tiba membawa cinta tidak taunya hanya mau mempermainkan kita belaka. Mudah-mudahan dengan apa yang sudah ia lakukan akan dapat membuatnya sadar bahwa dapat saja itu semua terjadi kepada keluarganya . Kita tidak mendoakan jelek, tetapi hanya sekedar menginggatkannya, bahwa siapa menanam kebaikan, suatu hari nanti juga akan menuai kebaikan, tetapi siapa menanam keburukan, maka keburukanlah yang akan ia nikmati pada kesannya nanti. Semua terjadi bukan sebab doa kita atau doa orang yang tersakiti, tetapi sebab perbuatannya sendiri.
Advertisement