Berbahagilah bagi Anda yang Rajin Shalat Dhuha
Kamis, 5 Desember 2013 - 09:37 WIB
ilustrasi
Oleh: Ali Akbar bin Agil
SETAHUN belakangan ini sering saya menerima kiriman pesan pendek (SMS) dari seseorang sahabat. Salah satu kebiasaannya mengirimkan SMS berisi permintaan shalat Dhuha. Macam-macam bunyi SMS-nya. Kadang diawali dengan nasihat yang menciptakan saya merenungi diri yang berkubang dalam lumpur dosa dan kesalahan. Kadang diselipi jok-jok segar yang menciptakan tersenyum.
Pada suatu hari ia ‘mewakafkan’ pulsanya untuk mengirim SMS tepat pada momentum Tahun Baru Islam, “Hikmah hijrah, semakin baik, meninggalkan yang munkar. Tinggalkan kemalasan menuju istiqamah beribadah. Monggo shalat Dhuha.”
Di kesempatan yang lain ia menulis, “Ya Allah, saya berlindung padaMu dari ilmu yang tidak manfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tak pernah puas dan dari doa yang tidak terkabul. Matahri sudah tinggi, siap-siap shalat Dhuha.”
Ada juga SMS yang sangat memukul telak ke hati yang paling dalam, “Kita pernah bertemu dengan orang baik. Atau, orang yang menganggap diri kita baik. Benarkah? Sesungguhnya bukan kebaikan yang disandang, tapi ada kekuasaan Tuhan yang menutupi aib, kesalahan dan dosa-dosa kita sehingga tidak tampak. Kita tidak sanggup bayangkan seandainya Tuhan tidak menutupi borok kita itu. Seandainya dosa itu berbau, maka tidak ada orang yang mau bersahabat dengan kita alasannya tidak tahan dengan baunya. Masihkah kita merasa baik? Kita hanya sanggup minta kepada Tuhan semoga menutupi kesalahan-kesalahan kita menyerupai yang terucap dalam doa diantara dua sujud. Ada 7 permohonan kita, satu di antaranya ialah WAJBURNI (tutupilah kesalahanku) dan Allah mengabulkan permintaan itu. Allahumma aamiin.. Waktunya shalat Dhuha.”
Shalat Dhuha memiliki kedudukan mulia. Disunnahkan untuk kita kerjakan semenjak terbitnya matahari hingga menjelang datangnya shalat dzuhur.
Seperti diungkap oleh Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam bukunya Khasais al-Ummah al-Muhamadiyah perihal keutamaannya, penulis membeberkan keutamaan-keutamaan yang disediakan oleh Allah bagi hamba yang menunaikannya lengkap dengan sumber haditsnya.
Pertama, orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. “Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha pasti akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi)
Kedua, barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Alah. “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).
Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai hebat ibadah dan taat kepada Allah. “Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka ia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka ia ditulis sebagai orang yang hebat ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka ia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis ia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di nirwana untuknya.” (HR. At-Thabrani).
Keempat, orang yang istiqamah melakukan shalat Dhuha kelak ia akan masuk nirwana lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya di dalam nirwana terdapat sebuah pintu berjulukan pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada bunyi yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini ialah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).
Kelima, Allah menyukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, pasti Aku (Allah) akan menyukupimu di final harimu.” (HR. Abu Darda`).
Keenam, orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kau bederma untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu ialah sedekah, setiap tahmid ialah sedekah, setiap tahlil ialah sedekah, setiap takbir ialah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf ialah sedekah, mencegah yang mungkar ialah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).
Selain keutamaan yang sudah disebutkan di atas, masih ada keutamaan lainnya yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Yaitu dengan mengerjakan shalat Dhuha ada pahala besar berupa pahala menyerupai orang yang haji dan umrah yang diterima oleh Allah. Barangkali kemuliaan ini masih belum diketahui oleh banyak orang.
Bunyi haditsnya, “Barangsiapa shalat subuh dengan berjamaah, kemudian duduk berdizkir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat, ia menerima pahala menyerupai haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Turmudzi).
Dalam buku yang berjudul Panduan Shalat Dhuha (Terbitan Darul Uswah, Yogyakarta, 2013) yang ditulis oleh Ibrahim an-Naji dan diterjemahkan oleh Ahmad Suryana ini, diketengahkan syarat-syarat untuk sanggup meraih pahala umrah dan haji yang tepat itu.
Pertama, diawali dengan shalat subuh berjamaah, meski tidak dilakukan di masjid menyerupai mushalla, ini sudah cukup. Batas minimalnya shalat berjmaah ialah antara imam dan makmun.
Kedua, duduk di daerah shalatnya hingga terbitnya matahari.
Ketiga, tidak mengerjakan perbuatan yang tidak bermanfaat. Syarat keempat menyibukkan diri dengan berzikir hingga waktu dibolehkannya shalat Dhuha.
Imam al-Ghazali menyebutkan amalan-amalan yang dilakukan di waktu antara subuh dan shalat Dhuha: berdoa, berzikir dengan tasbih, membaca al-Qur`an dan bertafafkur.
Kelima, mengerjakan shalat Dhuha di daerah ia berzikir tersebut meski hanya dua rakaat.
“Joging 20 menit menyehatkan tubuh, shalat Dhuha 2 rakaat tenangkan jiwa,” tulis sobat saya suatu kali, maka bukan hanya jiwa yang tenang, dosa pun diampuni, dimudahkan dalam menjemput rezeki dan pahala umrah serta haji sanggup diraih.
Berbahagilah orang yang shalat Dhuha. Mengawali pagi dengan ibadah. Santapan ruhani yang menggenapkan semangat menjalani kehidupan dengan penuh keyakinaan dan tawakal. Dari awal hingga final menautkan diri kepada Allah yang Maha Kaya.
Mudah-mudahan dengan mengetahui keutamaan shalat Dhuha kita lebih istiqamah melakukan shalat yang satu ini.*/penulis ialah pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang
SETAHUN belakangan ini sering saya menerima kiriman pesan pendek (SMS) dari seseorang sahabat. Salah satu kebiasaannya mengirimkan SMS berisi permintaan shalat Dhuha. Macam-macam bunyi SMS-nya. Kadang diawali dengan nasihat yang menciptakan saya merenungi diri yang berkubang dalam lumpur dosa dan kesalahan. Kadang diselipi jok-jok segar yang menciptakan tersenyum.
Pada suatu hari ia ‘mewakafkan’ pulsanya untuk mengirim SMS tepat pada momentum Tahun Baru Islam, “Hikmah hijrah, semakin baik, meninggalkan yang munkar. Tinggalkan kemalasan menuju istiqamah beribadah. Monggo shalat Dhuha.”
Di kesempatan yang lain ia menulis, “Ya Allah, saya berlindung padaMu dari ilmu yang tidak manfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tak pernah puas dan dari doa yang tidak terkabul. Matahri sudah tinggi, siap-siap shalat Dhuha.”
Ada juga SMS yang sangat memukul telak ke hati yang paling dalam, “Kita pernah bertemu dengan orang baik. Atau, orang yang menganggap diri kita baik. Benarkah? Sesungguhnya bukan kebaikan yang disandang, tapi ada kekuasaan Tuhan yang menutupi aib, kesalahan dan dosa-dosa kita sehingga tidak tampak. Kita tidak sanggup bayangkan seandainya Tuhan tidak menutupi borok kita itu. Seandainya dosa itu berbau, maka tidak ada orang yang mau bersahabat dengan kita alasannya tidak tahan dengan baunya. Masihkah kita merasa baik? Kita hanya sanggup minta kepada Tuhan semoga menutupi kesalahan-kesalahan kita menyerupai yang terucap dalam doa diantara dua sujud. Ada 7 permohonan kita, satu di antaranya ialah WAJBURNI (tutupilah kesalahanku) dan Allah mengabulkan permintaan itu. Allahumma aamiin.. Waktunya shalat Dhuha.”
Shalat Dhuha memiliki kedudukan mulia. Disunnahkan untuk kita kerjakan semenjak terbitnya matahari hingga menjelang datangnya shalat dzuhur.
Seperti diungkap oleh Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam bukunya Khasais al-Ummah al-Muhamadiyah perihal keutamaannya, penulis membeberkan keutamaan-keutamaan yang disediakan oleh Allah bagi hamba yang menunaikannya lengkap dengan sumber haditsnya.
Pertama, orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. “Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha pasti akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi)
Kedua, barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Alah. “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).
Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai hebat ibadah dan taat kepada Allah. “Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka ia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka ia ditulis sebagai orang yang hebat ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka ia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis ia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di nirwana untuknya.” (HR. At-Thabrani).
Keempat, orang yang istiqamah melakukan shalat Dhuha kelak ia akan masuk nirwana lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya di dalam nirwana terdapat sebuah pintu berjulukan pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada bunyi yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini ialah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).
Kelima, Allah menyukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, pasti Aku (Allah) akan menyukupimu di final harimu.” (HR. Abu Darda`).
Keenam, orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kau bederma untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu ialah sedekah, setiap tahmid ialah sedekah, setiap tahlil ialah sedekah, setiap takbir ialah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf ialah sedekah, mencegah yang mungkar ialah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).
Selain keutamaan yang sudah disebutkan di atas, masih ada keutamaan lainnya yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Yaitu dengan mengerjakan shalat Dhuha ada pahala besar berupa pahala menyerupai orang yang haji dan umrah yang diterima oleh Allah. Barangkali kemuliaan ini masih belum diketahui oleh banyak orang.
Bunyi haditsnya, “Barangsiapa shalat subuh dengan berjamaah, kemudian duduk berdizkir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat, ia menerima pahala menyerupai haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Turmudzi).
Dalam buku yang berjudul Panduan Shalat Dhuha (Terbitan Darul Uswah, Yogyakarta, 2013) yang ditulis oleh Ibrahim an-Naji dan diterjemahkan oleh Ahmad Suryana ini, diketengahkan syarat-syarat untuk sanggup meraih pahala umrah dan haji yang tepat itu.
Pertama, diawali dengan shalat subuh berjamaah, meski tidak dilakukan di masjid menyerupai mushalla, ini sudah cukup. Batas minimalnya shalat berjmaah ialah antara imam dan makmun.
Kedua, duduk di daerah shalatnya hingga terbitnya matahari.
Ketiga, tidak mengerjakan perbuatan yang tidak bermanfaat. Syarat keempat menyibukkan diri dengan berzikir hingga waktu dibolehkannya shalat Dhuha.
Imam al-Ghazali menyebutkan amalan-amalan yang dilakukan di waktu antara subuh dan shalat Dhuha: berdoa, berzikir dengan tasbih, membaca al-Qur`an dan bertafafkur.
Kelima, mengerjakan shalat Dhuha di daerah ia berzikir tersebut meski hanya dua rakaat.
“Joging 20 menit menyehatkan tubuh, shalat Dhuha 2 rakaat tenangkan jiwa,” tulis sobat saya suatu kali, maka bukan hanya jiwa yang tenang, dosa pun diampuni, dimudahkan dalam menjemput rezeki dan pahala umrah serta haji sanggup diraih.
Berbahagilah orang yang shalat Dhuha. Mengawali pagi dengan ibadah. Santapan ruhani yang menggenapkan semangat menjalani kehidupan dengan penuh keyakinaan dan tawakal. Dari awal hingga final menautkan diri kepada Allah yang Maha Kaya.
Mudah-mudahan dengan mengetahui keutamaan shalat Dhuha kita lebih istiqamah melakukan shalat yang satu ini.*/penulis ialah pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang
Advertisement